Indonesia akan menerapkan
konsep Sato Umi dari Jepang untuk mengelola sumber daya perikanan, pesisir, dan
kelautan berkelanjutan.
Itu terungkap pada
International Workshop on Sato Umi Gempita SPL-Gapura bertema “Konsep dan Model
Baru Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Pesisir, dan Kelautan Secara
Berkelanjutan”, yang diadakan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
di Jakarta, Rabu-Kamis (13-14 Maret 2013).
Menurut Deputi Kepala BPPT
Bidang Agroindustri dan Bioteknologi Listyani Wijayanti, lebih dari 400.000
hektar dari 1,2 juta hektar lahan potensial di Indonesia terbengkalai karena
eksploitasi berlebih. Akibat maraknya penangkapan ikan ilegal dan pemutihan
karang, hanya 5,23 persen dari terumbu karang yang berada dalam kondisi baik.
Kerusakan lingkungan perikanan,
pesisir, kelautan di hampir semua wilayah. “kami pun ingin menerapkan konsep
perikanan ramah lingkungan. Konsep yang
berkelanjutan untuk sumber daya kelautan,” tutur Listyani.
Direktur Pusat Teknologi
Produksi Pertanian BPPT Nenie Yustiningsih mengatakan, salah satu tujuan
penerapan Sato Umi adalah untuk mendukung program Gerakan Pembangunan Pantai
Utara Jawa Barat (Gapura) yang sudah berjalan tiga tahun. “Sato Umi konsep
pengelolaan sumber daya perikanan yang tak hanya berdasar teknologi. Konsep itu
lebih pada penanganan budidaya, masalalah sosial, dan perekonoimian di daerah
pesisir,” katanya.
Sato Umi punya 3 pendekatan:
sosial, teknilogi, dan ekonomi. Tujuannya, kesejahteraan dan kelestarian sumber
daya perikanan, pesisir, dan kelautan berkelanjutan. Penerapan Konsep Sato Umi
akan memakai pendekatan yang melibatkan masyarakat.
Ada empat daerah percontohan,
yakni Karawang(Jabar), Kep. Anambas (Kepri), Tanah Bumbu (Kalsel), dan Bantaeng
(Sulsel).
Sumber: Kompas, Kamis, 14 Maret
2013. Hal. 13
No comments:
Post a Comment