Pasang Merah / Harmfull Algae Bloom (HAB) merupakan fenomena air laut berubah warna menjadi merah karena banyaknya plankton Dinoflagellata, hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya yang cocok untuk berkembang biak dengan baik. Dalam lingkungan laut,
terdapat organisme bersel tunggal,
mikroskopis, seperti tanaman, secara alamiah terdapat di lapisan permukaan yang terang dari setiap badan
air. Organisme ini, disebut sebagai fitoplankton atau mikroalga
yang membentuk dasar dari jaring makanan di mana hampir
semua organisme laut lainnya tergantung padanya. Dari 5000 spesies fitoplankton yang ada di
seluruh laut
di dunia, hanya sekitar 2% yang diketahui berbahaya atau beracun
berbahaya yang
dapat memiliki dampak besar dan bervariasi pada ekosistem laut, tergantung pada
spesies yang terlibat, lingkungan di mana mereka ditemukan, dan mekanisme yang
mereka mengerahkan efek negatif.
Ganggang yang berbahaya telah diamati dapat menyebabkan efek samping untuk berbagai spesies
mamalia laut dan penyu laut, dengan masing-masing yang spesifik menyajikan
toksisitas diinduksi pengurangan perkembangan, imunologi, kapasitas neurologis,
dan reproduksi. Seperti kematian massal
107 lumba-lumba botol yang terjadi di sepanjang menjulur Florida pada musim semi 2004 karena mengonsumsi menhaden terkontaminasi dengan brevetoxin tingkat
tinggi. Manatee mortalitas juga telah dikaitkan dengan brevetoxin tapi tidak
seperti
lumba-lumba, vektor toksin utama spesies endemik lamun
(Thalassia testudinum) di mana
konsentrasi tinggi brevetoxins
terdeteksi dan kemudian ditemukan sebagai komponen utama dari isi perut manate.
Tambahan spesies mamalia laut, seperti Paus Atlantik
Utara kanan sangat terancam, telah terkena neurotoksin dengan memangsa
zooplankton.
Dengan habitat musim panas, spesies ini sangat tumpang tindih dan tercemar. Blooming musiman fundyense Alexandrium dinoflagellata yang
beracun, dan berikutnya penggembalaan copepod, paus
mencari makan dan akan
menelan konsentrasi besar dari copepoda terkontaminasi. Menelan mangsa yang
terkontaminasi tersebut dapat mempengaruhi kemampuan pernafasan, perilaku
makan, dan akhirnya kondisi reproduksi.
Spesies dari kelas Bacillariophyceae merupakan spesies
yang umum ditemukan di perairan laut yaitu kelompok Bacillariophyceae atau lebih dikenal diatom
merupakan kelompok terbesar dari algae. Ledakan populasi dari diatom di suatu
perairan umumnya menandakan meningkatnya produktivitas perairan tersebut, namun
blooming diatom kadang-kadang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen
di dalam air laut. Dominansi Skeletonema costatum disebabkan oleh sifatnya yang
euryhaline dan eurythermal (mampu tumbuh pada kisaran suhu 3° - 30° C),
sehingga lebih toleran terhadap perubahan kondisi lingkungan Salinitas yang
berbeda berpengaruh terhadap komposisi jenis fitoplankton yang ada di perairan.
Salinitas pada lokasi pengambilan sampel berkisar antara 5 ‰– 30‰. Dimana
titik-1 merupakan estuarin bersalinitas 5‰, sedangkan pada titik lain merupakan
perairan laut dengan salinitas ≥ 25‰. Bacillariophyceae merupakan kelompok yang
dominan dan selalu ada pada tiap titik pengambilan sampel, hal ini menunjukkan
bahwa Bacillariophyceae merupakan organism euryhaline, dimana Bacillariophyceae
dapat hidup pada kisaran salinitas 5‰-30‰ Suhu pada masing-masing titik
pengambilan sampel masih berada dalam kisaran yang memungkinkan untuk kehidupan
plankton, yaitu 27 – 32.1°C.
Suhu optimum untuk kehidupan fitoplankton adalah
25-30°C. Suhu berpengaruh langsung terhadap laju fotosintesis tumbuhan
khususnya reaksi enzimatis. Perubahan temperatur merupakan indikator terjadinya
proses perubahan kondisi kimia dan biologi perairan. Faktor pembatas bagi
kehidupan fitoplankton ialah nitrat dan fosfat. Pada pengamatan dari ke-12
titik didapatkan kandungan nitrat dan fosfat berturut-turut berada pada kisaran
0.02-0.517 mg/L dan 0.04-0.224 mg/L. Pada semua titik nilai nitrat dan fosfat
melebihi dari ambang batas yang ditetapkan untuk baku mutu air laut untuk biota
laut, berdasarkan KepMen LH no 51 thn 2004 lampiran III kadar nitrat sebesar
0,008 mg/l dan fosfat sebesar 0,015 mg/l. Titik 1 mempunyaikadar nitrat dan
fosfat yang paling tinggi, karena daerah muara merupakan perairan yang banyak
mendapat masukan zat haradari daratan. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/l
dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi, selanjutnya menstimulir pertumbuhan
algae secara pesat (blooming). Indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara
0,272-2,378 sehingga dapat diasumsikan bahwa struktur komunitas perairan antara
tidak stabil sampai lebih stabil, dengan struktur komunitas tidak stabil untuk
titik-4 dan struktur komuntas lebih stabil pada titik-6.
Struktur komunitas dikatakan stabil jika tidak ada
suatu spesies yang mendominasi di dalam komunitas tersebut. Sedangkan struktur
komunitas dianggap labil atau tidak stabil bisa jadi dikarenakan terjadi
tekanan ekologis (stress lingkungan).
Lima
spesies HAB yang paling banyak ditemukan berasal dari
kelas Dinophyceae. Hal ini dikarenakan
Dinophyceae dapat membentuk sista
(cyst) sebagai tahap istirahat, sista ini mengendap di dasar laut dan istirahat
sampai kondisi lingkungan mendukung kembali untuk tumbuh. Anggota dari kelompok
ini diketahui paling banyak mempunyai jenis-jenis toksik.Nitzschia sp. merupakan spesies penyebab Amnesic Shellfish
Poisoning (ASP) yangmengeluarkan toksin asam domoic. Toksin yang diproduksi
dapat memasuki rantai makanan hingga ke tubuh manusia melalui perantara kerang.
Kerang merupakan organisme bentik suspension feeder yang menyaring plankton
yang melimpah di kolom air. Ambang batas akumulasi asam domoic pada kerang
ialah 20 μg (asam domoic)/ g (berat jaringan kerang). Menurut jenis kerang yang
ditemukan di perairan Sidoarjo adalah kerang batik (Paphia undulata) yang mencapai 70 % dari total tangkapan kerang di
perairan, kerang darah (Anadara granosa)
dan kerang bulu (Anadara antiqua),
dan ke-tiga jenis kerang tersebut merupakan kerang yang umum dikonsumsi dan
berpotensi untuk diekspor.
Sedangkan menurut Dinas Kelautan dan Perikanan,
standar untuk ekspor kerang ialah salah satunya dilihat dari adanya
fitoplankton berbahaya dengan kepadatan >5000 individu/liter. Dan dari hasil
penelitian, kepadatan Nitzschia yang
ditemukan kurang dari 5000 individu/liter. Chaetoceros
sp., spesies HABs tertinggi kedua setelah Nitzschia sp. merupakan
spesies fitoplankton yang tidak toksik terhadap manusia tetapi secara fisik
dapat mengganggu system pernafasan ikan dan avertebrata terutama apabila
kepadatan individunya relatif tinggi. Diatom jenis ini mempunyai morfologi khas
yaitu duri. Duri-duri tersebut dapat merangsang pembentukan lender pada insang
biota laut, sehingga biota tersebut sukar bernafas. Duri-duri ini bahkan dapat
menyebabkan pendarahan di insang. Chaetoceros
merupakan jenis fitoplankton yang diketahui mampu bertahan di perairan
tercemar.
1.
Pengertian
HAB
Harmful Algal Bloom (HAB) adalah
suatu fenomena blooming fitoplankton toksik di suatu perairan yang dapat
menyebabkan kematian biota lain. Toksin yang dihasilkan HAB bahkan dapat mengkontaminasi
manusia yaitu melalui perantara
kerang dan ikan yang kita
konsumsi sehari-hari.
Fitoplankton memiliki klorofil yang
berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam
air yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus atau rantai makanan di laut.
Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut
apabila jumlahnya berlebih (blooming). Tingginya populasi fitoplankton beracun
di dalam suatu perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif bagi
ekosistem perairan, seperti berkurangnya oksigen di dalam air yang dapat
menyebabkan kematian berbagai makhluk air lainnya. Hal ini diperparah dengan
fakta bahwa beberapa jenis fitoplankton yang potensial blooming adalah yang bersifat
toksik, seperti dari beberapa kelompok Dinoflagellata,
yaitu Alexandrium spp, Gymnodinium spp, dan Dinophysis spp. Dari kelompok Diatom, yaitu Pseudonitszchia spp.
Ledakan populasi fitoplankton yang
diikuti dengan keberadaan jenis fitoplankton beracun akan menimbulkan Ledakan
Populasi Alga Berbahaya (Harmful Algal
Bloom-HAB). Faktor yang dapat memicu ledakan populasi fitoplankton berbahaya
antara lain karena adanya eutrofikasi
dan adanya upwelling yang mengangkat massa air kaya
unsur-unsur hara, adanya hujan lebat dan masuknya air ke laut dalam jumlah yang
besar.
Untuk menyatakan ledakan populasi
fitoplankton yang berbahaya karena spesies-spesies penyebab HAB menyebabkan
racun atau toksik. Spesies HAB sendiri dibagi ke dalam dua kelompok, yakni penghasil
racun dan penghasil biomassa tinggi. Fenomena ini sering terjadi begitu saja
tanpa diketahui faktor-faktor yang menyebabkannya dan tanpa dapat diprediksi
waktu terjadinya. Secara umum, penyebab terjadinya HAB juga berasal dari
aktivitas manusia sehingga dapat meningkatkan pemasukan bahan organik ke
perairan, transportasi dan pembuangan air ballast atau bekas pencucian kapal.
Harmful
Algal Bloom (HAB) juga sering diartikan sebagai
peningkatan yang cepat atau akumulasi dalam populasi ganggang (biasanya
mikroskopis) dalam sebuah sistem perairan. Ganggang dapat ditemui di air tawar maupun lingkungan laut.
Biasanya,
hanya satu atau sejumlah kecil fitoplankton spesies yang terlibat, dan beberapa
blooming dapat ditandai dengan perubahan warna
air yang dihasilkan oleh
kepadatan tinggi sel-sel berpigmen
dari fitoplankton. Meskipun tidak ada ambang batas yang
diakui secara resmi, ganggang dapat dianggap blooming pada konsentrasi ratusan hingga ribuan
sel per mililiter, tergantung pada keparahan. Blooming alga dapat mencapai konsentrasi jutaan
sel per mililiter. Ganggang biasanya berwarna hijau, tetapi mereka juga dapat
berwarna lain seperti kuning- coklat atau merah, tergantung pada spesies alga.
2.
PENYEBAB
HAB
Belum diketahui
secara pasti penyebab daripada HAB, menurur peristiwa yang terjadi di beberapa tempat,
tampaknya penyebab sepenuhnya
adalah alam. Namun, ada berbagai spesies
alga yang dapat hasil dari aktivitas manusia. membentuk HAB, masing-masing
dengan persyaratan lingkungan yang berbeda untuk pertumbuhan yang optimal.
Frekuensi dan keparahan HAB di beberapa bagian dunia telah dikaitkan dengan pemuatan
nutrisi yang meningkat dari aktivitas manusia. Di daerah lainnya, HAB adalah kejadian
musiman yang diprediksikan
akibat upwelling pesisir, hasil alami dari gerakan arus laut tertentu.
Pertumbuhan fitoplankton laut (baik non-toksik dan beracun) umumnya dibatasi
oleh ketersediaan nitrat dan fosfat, yang dapat melimpah di zona upwelling
pesisir serta dalam pertanian. Jenis nitrat dan fosfat yang tersedia dalam
sistem juga faktor, karena fitoplankton dapat tumbuh pada tingkat yang berbeda
tergantung pada kelimpahan relatif dari zat-zat (misalnya amonia, urea,
ionnitrat). Berbagai sumber nutrisi lain juga dapat memainkan peran penting
dalam mempengaruhi pembentukan mekar alga, termasuk besi, silika atau karbon. Polusi air di pesisir yang dihasilkan oleh
manusia dan meningkatkan sistematis dalam suhu air laut juga telah diusulkan
sebagai faktor kontribusi yang memungkinkan. Faktor lain seperti kelimpahan besi juga memicu HAB. Bahkan debu dari daerah gurun
pasir yang luas seperti Sahara juga
ditaksirkan memainkan peran untuk ganggang-ganggang di pantai
menyebabkan.
Hasil
dari beberapa penelitian
menunjukkan terdapat 11 spesies penyebab HAB, antara lain : Nitzschia
sp., Chaetoceros
sp., Chaetoceros
diversus, Chaetoceros
pseudocarvisetum dari kelas Bacillariophyceae, Ceratium sp.1, Ceratium sp.2, Ceratium
sp.3, Ceratium sp.4, Prorocentrum sp., Dinophysis homunculus dari kelas Dinoflagellata dan Anabaena sp. dari kelas Cyanophyceae.
3.
DAMPAK
HAB
Dalam kondisi tertentu, beberapa spesies alga
serta cyanobacteria mampu menyebabkan efek gangguan
berbagai air tawar, seperti akumulasi berlebihan dari busa, scums, dan
perubahan warna air. Ketika jumlah ganggang di danau atau sungai mengalami
peningkatan eksplosif, maka blooming alg hasilnya.
Danau,
kolam, dan sungai yang bergerak lambat yang paling rentan terhadap mekar. Mekar
alga adalah kejadian alami, dan dapat terjadi dengan keteraturan (misalnya,
setiap musim panas), tergantung pada kondisi cuaca dan
air.
Kemungkinan
blooming tergantung pada kondisi lokal dan karakteristik tubuh
tertentu air. Blooming umumnya terjadi di mana ada tingkat tinggi
nutrisi ini, bersama-sama dengan terjadinya hangat, cerah, kondisi tenang.
Namun, aktivitas manusia sering dapat memicu atau mempercepat ganggang. Sumber alami nutrisi seperti
senyawa fosfor atau nitrogen dapat dilengkapi oleh berbagai kegiatan manusia.
Sebagai contoh, di daerah pedesaan, limpasan dari bidang pertanian dapat
mencuci pupuk ke dalam air. Di daerah perkotaan, sumber nutrisi
dapat mencakup air limbah diolah dari sistem septik
dan limbah tanaman pengobatan, dan limpasan stormwater perkotaan yang membawa
nonpoint-sumber polutan seperti pupuk rumput. Sebuah mekar alga menyumbang
proses alami "penuaan" dari danau, dan di beberapa danau dapat
memberikan manfaat penting dengan meningkatkan produktivitas primer. Namun
dalam kasus lain, mekar berulang atau berat dapat menyebabkan penurunan oksigen
terlarut sebagai sejumlah besar pembusukan alga mati. Dalam danau yang sangat
eutrophic (diperkaya), ganggang dapat menyebabkan anoksia dan ikan membunuh
selama musim panas.
Dalam
hal nilai-nilai kemanusiaan, bau dan penampilan menarik ganggang dapat
mengurangi dari nilai rekreasi waduk, danau, dan sungai. Mekar berulang dapat
menyebabkan nilai properti dari danau atau saluran sungai menurun.
Perairan laut yang terlihat segar
berkerumun dengan kehidupan, banyak yang mikroskopis, yang sebagian besar tidak
berbahaya, bahkan kehidupan mikroskopik di mana semua kehidupan akuatik tergantung pada makanan. Sementara
sebagian besar spesies fitoplankton dan cyanobacteria tidak berbahaya, ada
beberapa lusin yang menciptakan racun ampuh pada
saat kondisi yang tepat. Blooming alga berbahaya dapat menyebabkan
kerusakan melalui produksi racun atau dengan akumulasi biomassa mereka, yang
dapat mempengaruhi organisme dan mengubah jaring makanan. Dampaknya termasuk
penyakit manusia dan kematian setelah dikonsumsi
atau paparan tidak langsung untuk racun HAB, kerugian ekonomi yang besar bagi
masyarakat pesisir dan perikanan komersial, dan mortalitas terkait HAB-ikan,
burung dan mamalia.
HAB dapat muncul dengan warna kehijauan,
coklat, dan bahkan oranye atau
kemerahan tergantung spesies alga, ekosistem perairan, dan konsentrasi
organisme.
Wabah
ini biasanya disebut pasang merah, tetapi para ilmuwan lebih memilih "harmful algal bloom"
istilahnya (atau HAB). Pasang merah merupakan
Istilah keliru karena
mencakup banyak hal yang
dapat menghitamkan air,
tetapi tidak menyebabkan kerusakan,
dan juga tidak termasuk blooming
dari sel yang sangat beracun yang menyebabkan masalah dalam konsentrasi sel. Oleh
karena itu, harmful algal bloom
adalah deskripsi yang lebih tepat.
Harmful algal bloom
(HAB) adalah blooming
alga yang menyebabkan dampak negatif terhadap organisme lain melalui produksi
racun alam, kerusakan mekanis untuk organisme lain, dan lain-lain. HAB sering
dikaitkan dengan peristiwa
kematian berskala besar di laut dan berbagai jenis
keracunan kerang .
Dari catatan khusus harmful algal bloom (HAB),
yang melibatkan peristiwa blooming alga
fitoplankton beracun atau berbahaya seperti dinoflagellata dari genus Alexandrium
dan Karenia, atau diatom dari genus Pseudo-nitzschia.
Contoh efek berbahaya HABs umum
meliputi:
1. Produksi
neurotoksin yang menyebabkan mortalitas massal pada ikan, burung laut, penyu,
dan mamalia laut.
2.
Penyakit atau kematian
manusia melalui konsumsi makanan laut yang terkontaminasi oleh alga beracun.
3.
Kerusakan mekanik
organisme lain, seperti gangguan jaringan epitel insang pada ikan, menyebabkan asfiksia.
4.
penipisan oksigen kolom air (hipoksia atau anoksia ) dari respirasi selular dan
degradasi bakteri
Dampak negatif terhadap ekonomi dan
kesehatan adalah HABs terjadi di banyak daerah di dunia, dan di Amerika Serikat
berulang kali terjadi fenomena dalam
beberapa wilayah geografis. Para Teluk Maine sering terjadi blooming dari
dinoflagellata fundyense Alexandrium, suatu organisme yang menghasilkan
saxitoxin, yaitu racun
syaraf yang berperan untuk keracunan kerang paralitik. Terkenal juga "Florida pasang
merah" yang terjadi di Teluk Meksiko adalah HAB disebabkan oleh Karenia
brevis, dinoflagellata lain yang menghasilkan brevetoxin, racun syaraf yang
bertanggung jawab untuk keracunan kerang neurotoksik. California perairan
pantai juga mengalami mekar musiman dari Pseudo-nitzschia, sebuah diatom
dikenal untuk menghasilkan asam domoic, racun syaraf yang berperan untuk keracunan kerang
amnesic. Lepas
pantai barat Afrika Selatan, HAB
disebabkan
oleh Alexandrium catanella terjadi setiap musim semi. Mekar ini organisme
menyebabkan gangguan parah dalam perikanan perairan ini sebagai racun dalam
fitoplankton menyebabkan filter makan kerang di perairan terpengaruh untuk
menjadi beracun untuk dikonsumsi manusia.
Jika hasil proses HAB dalam konsentrasi ganggang
cukup tinggi,
air mungkin menjadi berubah warna atau keruh, yang bervariasi dalam warna dari ungu
ke hampir merah muda, biasanya menjadi merah atau hijau. Namu tidak semua ganggang
yang cukup padat menyebabkan perubahan warna air.
Pencegahan
atau pengendalian Episode
berulang dari ganggang bisa menjadi indikasi bahwa sebuah sungai atau danau sedang
terkontaminasi, atau bahwa aspek-aspek lain dari ekologi danau yang berada di luar
keseimbangan. Sementara mekar cyanobacterial menerima perhatian yang paling
umum dan
ilmiah, pertumbuhan berlebihan dari ganggang dan
tumbuhan air lainnya juga dapat menyebabkan degradasi yang signifikan dari
sebuah danau atau kolam, terutama di perairan yang menerima limbah atau
limpasan pertanian. Ahli biologi air dan kualitas air lainnya seringdisebut
spesialis untuk mengidentifikasi penyebab dan merekomendasikan langkah-langkah
manajemen untuk mengurangi atau
mengendalikan masalah. Namun, pencegahan masalah selalu lebih baik daripada
mencoba untuk memperbaiki masalah setelah itu terjadi.
Mengontrol
limpasan
pertanian, perkotaan, dan stormwater; benar menjaga
sistem septik, dan benar mengelola aplikasi perumahan pupuk mungkin langkah
yang
paling efektif yang dapat diambil untuk membantu
mencegah manusia yang disebabkan air tawar ganggang.
4.
KEJADIAN
TERKEMUKA
Pada
tahun 1972 sebuah pasang merah ini disebabkan di New Inggris oleh sebuah
tamarense dinoflagellata Alexandrium beracun (Gonyaulax) Pada tahun 2005, HAB
Kanada ditemukan telah datang jauh ke selatan daripada yang tahun-tahun
sebelumnya oleh sebuah kapal yang disebut Oceanus ini, penutupan tempat tidur
kerang di Maine dan Massachusetts dan mengingatkan otoritas sejauh selatan
sebagai Montauk ( Long Island , NY) untuk memeriksa tempat tidur mereka. Para
ahli yang menemukan kista reproduksi di dasar laut memperingatkan kemungkinan
menyebar ke Long Island di masa depan, menghentikan memancing daerah dan
industri kerang dan mengancam perdagangan wisata, yang merupakan sebagian besar
perekonomian pulau itu. Brittany, di Prancis, pada tahun 2009 mengalami booming
alga berulang disebabkan oleh tingginya jumlah pemakaian pupuk di laut karena peternakan
babi intensif , menyebabkan emisi gas mematikan yang telah.
membunuh.
PASANG MERAH
(Red Tide)
Red tides atau pasang merah adalah fenomena dimana pasang air laut di
suatu tempat berwarna merah. Fenomena ini disebabkan oleh makhluk hidup yang
berasal dari kingdom protista yakni algae dan berjenis Dinoflagellata. Dan
lebih jelasnya nama algae ini adalah Gymnodinium dan Protogonyaulax. Organisme
ini menghasilkan warna merah dalam tubuhnya karena menghasilkan karotenoid yang
warnanya merah racun saraf atau yang sering kita sebut neurotoksin.
Racun saraf ini berbahaya bagi makhluk hidup karena dapat merusak sel
darah merah dalam tubuh makhluk hidup dan untuk lebih jelasnya manusia.
Fenomena ini memang disebabkan oleh Dinoflagellata yang mengalami blooming atau
peningkatan jumlah spesies hingga terlalu banyak. Jadi, semakin banyak
Gymnodium dan Protogonyaulax, akan
semakin banyak pula racun yang dihasilkan. Dan semakin banyak racun yang dihasilkan,
semakin banyka pula organisme laut yang mati. Kasus kematian jarang sekali
terjadi pada manusia yang terkena racun neurotoxic ini.
Pasang Merah adalah istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan HAB disebut
sebagai spesies wilayah pesisir laut, Dinoflagellata
terlibat dalam HAB karena sering
berwarna merah atau coklat, dan
warna air laut untuk warna kemerahan. Namun
istilah yang lebih benar dan lebih disukai yang
digunakan adalah harmful algal
bloom, karena:
1. Mekar ini tidak
berhubungan dengan pasang surut.
2. Tidak semua ganggang
menyebabkan perubahan warna kemerahan air.
3.Tidak semua ganggang
berbahaya, bahkan melibatkan perubahan warna merah.
EUTRIFIKASI
Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Definisi dasarnya
adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan
ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total
phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 μg/L. Sejatinya,
eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan
secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan
proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses alamiah ini,
oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak disadari
dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun
saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir
ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena algal bloom.
A.
AKIBAT
EUTRIFIKASI
Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro,
untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat (blooming) akibat ketersediaan fosfat
yang berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Hal ini bisa dikenali dengan
warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang
menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa
dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Akibatnya,
kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya
konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk
hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan
baik
sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai
ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air.
B.
PENANGANAN
EUTRIFIKASI
Dewasa ini
persoalan eutrofikasi tidak hanya dikaji secara lokal dan temporal,
tetapi juga menjadi persoalan global yang rumit untuk
diatasi sehingga menuntut perhatian serius banyak pihak secara terus-menerus.
Eutrofikasi merupakan
contoh kasus dari problem yang menuntut pendekatan lintas disiplin
ilmu dan lintas sektoral.
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan penanggulangan terhadap problem ini
sulit membuahkan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor
tersebut adalah aktivitas
peternakan
yang intensif dan hemat lahan, konsumsi bahan kimiawi yang mengandung unsur
fosfat yang berlebihan, pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin cepat,
urbanisasi yang semakin tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah
lama terakumulasi dalam sedimen menuju badan air yang utama adalah Lalu apa
solusi yang mungkin diambil? Menurut Forsberg dibutuhkan kebijakan yang kuat
untuk mengontrol pertumbuhan pendudu (birth control). Karena apa? Karena
sejalan dengan populasi warga Bumi yang terus meningkat, berarti akan meningkat
pula kontribusi bagi lepasnya fosfat ke lingkungan air dari sumber-sumber yang
disebutkan di atas. Pemerintah juga harus mendorong para pengusaha agar produk
detergen tidak lagi mengandung fosfat. Begitu pula produk makanan dan minuman
diusahakan juga tidak mengandung bahan aditif fosfat. Di samping itu, dituntut
pula peran pemerintah di sektor pertanian agar penggunaan pupuk fosfat tidak
berlebihan, serta perannya dalam pengelolaan sektor peternakan yang bisa
mencegah lebih banyaknya lagi fosfat lepas ke lingkungan air. Bagi masyarakat
dianjurkan untuk tidak berlebihan mengonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung aditiffosfat. Di
negara-negara maju masyarakat yang sudah memiliki kesadaran lingkungan
(green consumers) hanya membeli produk kebutuhan rumah
sehari-hari yang mencantumkan
label "phosphate free" atau "environmentally friendly".
Negara-negara
maju telah menjadikan problem eutrofikasi sebagai agenda
lingkungan hidup yang harus ditangani secara serius.
Sebagai contoh, Australia sudah
mempunyai program yang disebut The National Eutrophication
Management Program, yang didirikan untuk
mengoordinasi, mendanai, dan menyosialisasi aktivitas riset mengenai masalah ini. AS memiliki
organisasi seperti
North American Lake Management Society yang menaruh perhatian
besar terhadap kelestarian danau melalui aktivitas
sains, manajemen, edukasi, dan advokasi.
Selain itu,
mereka masih mempunyai American Society of Limnology and
Oceanography yang menaruh bidang kajian pada aquatic
sciences dengan tujuan
menerapkan hasil pengetahuan di bidang ini untuk mengidentifikasi dan
mencari solusi permasalahan yang diakibatkan oleh
hubungan antara manusiadengan lingkungan.
Negara-negara di
kawasan Eropa juga memiliki komite khusus dengan nama
Scientific Committee on Phosphates in Europe yang
memberlakukan The Urban Waste Water Treatment Directive 91/271 yang berfungsi
untuk menanganiproblem fosfat dari limbah cair dan cara penanggulangannya.
Mereka jugamemiliki jurnal ilmiah European Water Pollution Control, di
samping Environmental Protection Agency (EPA) yang memberlakukan peraturan
danpengawasan ketat terhadap pencemaran lingkungan.
REFERENSI
Nyabakken. 1988.
Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta
Effendi,
H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Nontji,
A. 2006. Tiada Kehidupan Di Muka Bumi Tanpa Plankton. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta.
Anderson,
D,M., J,M, Burkholder., W,P, Cochlan., P,M, Gilbert.,
C,J, Gobler., C,A, Heil., R,M, Kudela.,
M,L, Parsons., J,E, Jack Rensel., D,W, Townsend.,
V,L, Trainer., G,A, Vargo. 2008, Harmfull Algae Blooms and Eutrophication:
Examining Linkages from Selected Coastal
Region of the United Stated.
mengapa blooming algae dapat menyebabkan biota air lainnya mati??????
ReplyDeletekarena dengan bloomingnya algae, membuat membuat persediaan nutrisi cepat habis karena algae atau fitoplankton memanfaatkannya.
ReplyDeleteBang. Bisa kasih tau nggak.
DeleteMorfologi, habitat, dan faktor pemicu terjadinya gan, dari tiap tiap jenis HAB nya ?