Sedimen
yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada :
- Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng benua (Continental Slope). Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978) bahwa ‘Continental Shelf’ adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai kurang lebih 0,4o dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar dari pantai 50 – 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada di atasnya di antara 100 – 200 meter. ‘Continental Slope’ adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari continental shelf, kemiringannya anatara 3 – 6 o.
- Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.
Endapan
Sedimen pada Perairan Dangkal
Pada
umumnya ‘Glacial Continental Shelf’ dicirikan dengan susunan
utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan ‘Non
Glacial Continental Shelf’’ endapannya biasanya mengandung lumpur yang
berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana pada dasar laut
gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil
biasanya akan diendapkan.
Sebagian besar pada ‘Continental slope’
kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen tidak akan terendapkan dengan
ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada permukaannya dicirikan
berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau halus dan
lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.
Endapan
Sedimen pada Perairan Laut Dalam
Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2
yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat
bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks.
Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut.
Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu
bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di
dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini
tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta
jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam
sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas
permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan
pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara
materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus
turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial
yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar
yang mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen
pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat
asalnya.
Proses Pembentukkan Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari
batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan,
gaya-gaya air, pengikisan-pengikisan angina angina serta proses litifikasi,
diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang
relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun
danau-danau. Mula-mula sediment merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karena proses
diagnosi sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.
Proses diagnesis adalah
proses yang menyebabkan perubahan pada sediment selama terpendamkan dan
terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material
sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Proses diagnesis ini dapat
merupakan kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di atas atau proses
sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan keras oleh
larutan-larutan kimia misalnya larutan kapur atau silisium. Sebagian batuan
sedimen terbentuk di dalam samudera. Bebrapa zat ini mengendap secara langsung
oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O).
adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan maupun
hewan.
Batuan endapan yang langsung
dibentuk secara kimia ataupun organik mempunyai satu sifat yang sama yaitu
pembentukkan dari larutan-larutan. Disamping sedimen-sedimen di atas, adapula
sejenis batuan sejenis batuan endapan yang sebagian besar mengandung
bahan-bahan tidak larut, misalnya endapan puing pada lereng
pegunungan-pegunungan sebagai hasil penghancuran batuan-batuan yang diserang
oleh pelapukan, penyinaran matahari, ataupun kikisan angin. Batuan yang
demikian disebut eluvium dan alluvium jika dihanyutkan oleh air, sifat utama
dari batuan sedimen adalah berlapis-lapisdan pada awalnya diendapkan secara
mendatar.
Lapisan-lapisan ini tebalnya
berbeda-beda dari beberapa centimeter sampai beberapa meter. Di dekat muara
sungai endapan-endapan itu pada umunya tebal, sedang semakin maju ke arah laut
endapan-endapan ini akan menjadi tipis(membaji) dan akhirnya hilang. Di dekat
pantai, endapan-endapan itu biasanya merupakan butir-butir besar sedangkan ke
arah laut kita temukan butir yang lebih halus lagi.ternyata lapisan-lapisan
dalam sedimen itu disebabkan oleh beda butir batuan yang diendapkan. Biasanya
di dekat pantai akan ditemukan batupasir, lebih ke arah laut batupasir ini
berganti dengan batulempung, dan lebih dalam lagi terjadi pembentukkan batu gamping (Katili dan Marks).
Mobilitas Elemen dalam Sedimen
Air yang
terperangkap dalam sedimen berfungsi sebagai media dimana terjadi kelarutan,
solidifikasi, adsorpsi-desorpsi, absorpsi, oksidasi-reduksi dan transpor
elemen. Proses diatas termasuk diagenetik sangat dipengaruhi oleh kadar O2
terlarut dalam air jebakan sedimen. Umumnya proses reduksi terjadi pada lapisan
sedimen yang lebih dalam, dimana kadar oksigen terlarut dalam air jebakan
adalah atau tidak ada. Proses adsorpsi berjalan berjalan relatif cepat serta
bersifat reversible, namun proses
absorpsi berjalan relatif lebih lambat serta bersifat irreversible.
Transpor
atau mobilitas elemen dalam sedimen terkait dengan perubahan sifat kimia
sedimen, air jebakan dan kolom air di atasnya melalui interaksi sedimen-air.
Dikatakan oleh Burton dan Liss (1976), elemen-elemen kelumit yang terdapat
dalam air jebakan sedimen (seperti: Fe, Mn, Cu, Zn, Ni, Co, Pb) kadarnya lebih
tinggi dibandingkan dengan yang terlarut dalam kolom air laut di atas sedimen.
Perpindahan elemen dari kolom air ke sedimen dan sebaliknya terjadi melalui
proses adsorpsi-desorpsi dimana faktor lingkungannya dipengaruhi oleh pH,
temperatur dan salinitas.
Selain elemen mikro, elemen makro baik anion maupun kation juga terperangkap
dalam reservoar sedimen laut melalui proses pengendapan partikel tersuspensi
yang ditranspor sungai masuk ke perairan estuari. Dari sejumlah elemen makro
yang terperangkap dalam sedimen laut, kontribusi masukan elemen dari sungai
yang tergolong cukup besar adalah Na+ dan Cl- masing-masing sebesar 19% dan 29% .
No comments:
Post a Comment