Sedimentasi merupakan masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu
melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai menjadi
persoalan bila terjadi di
lokasi-lokasi yang terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan
yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau yang membutuhkan
kondisi perairan yang jernih seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang
atau padang lamun.
Batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic);
pengendapan (deposition)
karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation)
dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari
permukaan bumi. Sebelum mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan
dalam suatu cekungan mungkin ada baiknya kita dapat memahami prinsip apa saja
yang bisa kita temukan dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip tersebut sangatlah
beragam diantaranya prinsip uniformitarianism. Prinsip penting dari uniformitarianism adalah
proses-proses geologi yang terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau.
Prinsip ini diajukan oleh Charles
Lyell di tahun 1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut dalam
mempelajari proses-proses geologi yang terjadi sekarang, kita bisa
memperkirakan beberapa hal seperti kecepatan sedimentasi, kecepatan kompaksi
dari sedimen, dan juga bisa memperkirakan bagaimana bentuk geologi yang
terjadi dengan proses-proses geologi tertentu.
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor
yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya
grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju.
Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama,
karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah
mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran
sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua,
karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined)
seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah
yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada
terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut
sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif
lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah
akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut
akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang
diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan
tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan.
Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen
yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan
seperti adanya patahan. sedimen yang di jumpai di dasar
lautan dapat berasal dari beberapa sumber yaitu:
1. Sedimen Lithogenous yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil
erosi daerah upland. Material ini
dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus
sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi mentransforkan
telah melemah.
2. Sedimen Biogenous yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi. Komposisi dari cangkang organisme laut adalah Ca2+, Mg2+, CO32-, SO42-, PO43-, SiO2, Al2O3, Fe2O3, Sr2+, Ba2+ dan materi organik.
3. Sedimen Hydreogenous yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya proses pengendapan atau mineralisasi elemen-elemen kimia terlarut dalam laut. Bentuk dari sedimen ini berupa bongkahan atau nodul-nodul mangan (Mn) dan besi (Fe)yang terbentuk di dasar laut.
Air Jebakan Sedimen dan Diagenesis
Sedimen mengandung air yang disebut
dengan air jebakan (interstitial water atau
pore water). Banyak sedikitnya
kandungan air jebakan bergantung pada ukuran partikel sedimen. Besar kecillnya
ukuran partikel menentukan pula kapasitas adsorpsi oksigen terlarut dalam
sedimen. Dengan demikian keberadaan air jebakan, bahan organik mudah urai (degradable) dan kandungan oksigen
terlarut berperan dalam menentukan status reduksi dan oksidasi di sedimen.
Diagenesis merupakan sejumlah proses
rekronstruksi yang mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap sedimen membentuk
produk baru setelah terjadi pengendapan atau deposisi materi, yang disebabkan
oleh tekanan maupun temperatur (Webster’s Dictionary, 1986). Sedangkan menurut
Berner (1980, dalam Chester, 1990) diagenesis diartikan pula sebagai sejumlah
proses yang membawa perubahan dalam sedimen atau batuan sedimen (sedimentary rock) terhadap materi yang
terendapkan.
Distribusi Sedimen Laut
Sedimen
yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada :
1. Daerah
perairan dangkal,
seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng
benua (Continental Slope). Dijelaskan
oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978) bahwa ‘Continental Shelf’ adalah suatu
daerah yang mempunyai lereng landai kurang lebih 0,4o dan berbatasan langsung dengan daerah
daratan, lebar dari pantai 50 – 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada
di atasnya di antara 100 – 200 meter. ‘Continental Slope’ adalah daerah yang
mempunyai lereng lebih terjal dari continental shelf, kemiringannya anatara 3 –
6 o.
2. Daerah
perairan dalam,
seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.
Endapan Sedimen pada
Perairan Dangkal
Pada umumnya ‘Glacial
Continental Shelf’ dicirikan dengan susunan utamanya campuran antara
pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan ‘Non Glacial Continental
Shelf’’ endapannya biasanya mengandung lumpur yang berasal dari sungai.
Di tempat lain (continental shelf) dimana pada dasar laut gelombang dan arus
cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil biasanya akan diendapkan.
Sebagian
besar pada ‘Continental slope’ kemiringannya lebih terjal sehingga
sedimen tidak akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang
miring pada permukaannya dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi
dengan lapisan lanau halus dan lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya
tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.
Endapan Sedimen pada
Perairan Laut Dalam
Sedimen
laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen
Biogenik Pelagis.
1. Sedimen
Biogenik Pelagis
Dengan
menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai
struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa
fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu
atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang
perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen.
Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air
dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan
kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen
Terigen Pelagis
Hampir
semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan
pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua
melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut
lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan
pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus
kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Proses Pembentukkan Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada
sebelumnya oleh kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air,
pengikisan-pengikisan angina angina serta proses litifikasi, diagnesis, dan
transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih
rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula
sediment merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karena proses
diagnosi sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada
sediment selama terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah
proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Proses
diagnesis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di
atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi
batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya larutan kapur atau silisium.
Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Bebrapa zat ini mengendap
secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O).
adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan maupun
hewan.
Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik
mempunyai satu sifat yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan.
Disamping sedimen-sedimen di atas, adapula sejenis batuan sejenis batuan
endapan yang sebagian besar mengandung bahan-bahan tidak larut, misalnya
endapan puing pada lereng pegunungan-pegunungan sebagai hasil penghancuran
batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan, penyinaran matahari, ataupun
kikisan angin. Batuan yang demikian disebut eluvium dan alluvium jika
dihanyutkan oleh air, sifat utama dari batuan sedimen adalah berlapis-lapisdan
pada awalnya diendapkan secara mendatar.
Lapisan-lapisan ini tebalnya berbeda-beda dari beberapa centimeter
sampai beberapa meter. Di dekat muara sungai endapan-endapan itu pada umunya
tebal, sedang semakin maju ke arah laut endapan-endapan ini akan menjadi
tipis(membaji) dan akhirnya hilang. Di dekat pantai, endapan-endapan itu
biasanya merupakan butir-butir besar sedangkan ke arah laut kita temukan butir
yang lebih halus lagi.ternyata lapisan-lapisan dalam sedimen itu disebabkan
oleh beda butir batuan yang diendapkan. Biasanya di dekat pantai akan ditemukan
batupasir, lebih ke arah laut batupasir ini berganti dengan batulempung, dan
lebih dalam lagi terjadi pembentukkan batu gamping (Katili dan
Marks).
Mobilitas
Elemen dalam Sedimen
Air yang terperangkap dalam sedimen berfungsi
sebagai media dimana terjadi kelarutan, solidifikasi, adsorpsi-desorpsi,
absorpsi, oksidasi-reduksi dan transpor elemen. Proses diatas termasuk
diagenetik sangat dipengaruhi oleh kadar O2 terlarut dalam air
jebakan sedimen. Umumnya proses reduksi terjadi pada lapisan sedimen yang lebih
dalam, dimana kadar oksigen terlarut dalam air jebakan adalah atau tidak ada.
Proses adsorpsi berjalan berjalan relatif cepat serta bersifat reversible, namun proses absorpsi
berjalan relatif lebih lambat serta bersifat
irreversible.
Transpor atau mobilitas elemen dalam sedimen
terkait dengan perubahan sifat kimia sedimen, air jebakan dan kolom air di
atasnya melalui interaksi sedimen-air. Dikatakan oleh Burton dan Liss (1976),
elemen-elemen kelumit yang terdapat dalam air jebakan sedimen (seperti: Fe, Mn,
Cu, Zn, Ni, Co, Pb) kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang terlarut
dalam kolom air laut di atas sedimen. Perpindahan elemen dari kolom air ke
sedimen dan sebaliknya terjadi melalui proses adsorpsi-desorpsi dimana faktor
lingkungannya dipengaruhi oleh pH, temperatur dan salinitas.
Selain elemen mikro, elemen makro baik anion
maupun kation juga terperangkap dalam reservoar sedimen laut melalui proses
pengendapan partikel tersuspensi yang ditranspor sungai masuk ke perairan
estuari. Dari sejumlah elemen makro yang terperangkap dalam sedimen laut,
kontribusi masukan elemen dari sungai yang tergolong cukup besar adalah Na+
dan Cl- masing-masing sebesar
19% dan 29% .
No comments:
Post a Comment